Senin, 16 November 2009
Sistematika Pembangunan Honai Suku Dani
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segalah karuniaNya sehingga Tulisan Ilmiah ini dapat diselesaikan. Temah yang diambil yaitu Honai (Pilamo), dengan judul Sistematika Penulisan Rumah Adat Suku Dani.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dekan Sastra Bapak Dr. Hugo Warami selaku Dosen yang telah membimbing serta memberi saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman Asrama Kontrakan LPMAK 3, yang telah membantu dalam pengumpulan data. Ungkapan Terimakasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu serta seluruh keluarga suku Dani, atas segala Doa Kasih sayang serta bantuan dalam penerjemaan Karya Tulis ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat dalam melindungi serta menjaga Adat Istiadat kita sebagai bagian dari jati diri kita Orang Papua khususnya Suku Dani. Kinaonak....!
Manokwari, 28 Oktober 2009
Penulis,
Ogia Nuel Siep Uaga
DAFTAR ISI
0.1. .......................................... kata pengantar
BAB I ........................................ PENDAHULUAN
1.1. ........................ Gambaran Umum
1.2. ........................ Letak Geografis
1.3. ........................ Topografis
1.4. ........................ Sosial Budaya
BAB II ....................................... KONSEP BUDAYA
1.1. ........................ Honai Laki-Laki
1.2. ........................ Honai Perempuan
1.3. ........................ Honai Ternak Babi
1.4. ........................ Pengertian Honai
1.5. ........................ sistem kepercayaan
BAB III ................................... DESKRIPSI
3.1. ......................... Bentuk Honai
3.2. ......................... Fungsi Honai
3.3. ......................... Aktifitas Dalam Honai
3.4. ......................... Pembagian Ruang Atau Kamar
3.5. ......................... Pemilihan Tempat/Lingkugan
3.6. ......................... Perlengkapan
3.7. ......................... Bahan Pembuat Rumah
3.8. ......................... Busana Atau Pakaian
3.9. ......................... Pola Interaksi Komunikasi
BAB IV .................................. PENUTUP
4.1. ......................... Kesimpulan
4.2. .......................... Saran
BAB i
Pendahuluan
1.1. Gambaran umum Suku Dani
Pada umumnya suku dani hidup atau bermukim di lembah Baliem Wamena. Menurut suku Dani pada mulanya manusia berasal dari tanah yang Tuhan tela ciptakan Menurut gambar dan rupa Allah, manusia pertama Tuhan ciptakan yaitu Adam dan Hawa, dan dari situlah manusia berkembang ke seluru dunia, suku Dani sampai sekarang mengaku bahwa keturunan suku Dani berasal dari Afrika yang pada zaman dahulu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain hingga akhirny mereka menetap di bawah kaki Gunung Trikora yang hingga sekarang disebut dengan Pegunungan Baliem Wamena.
Pada umumnya suku Dani bermukim di Provinsi Papua, Tepatnya di Kab Wamena, Puncak Jaya, Tolikara, Yahukimo dan Mambramo Tengah; suku Dani ini hanyalah sebutan untuk umum. Namun pada khususnya Suku Dani terbagi atas 3 (tiga) kelompok suku yaitu: Suku D Lani, Suku D Nayak dan Suku D Walak.
Dari tiga kelompok suku tersebut di atas tidak ada perbedaan, namun perbedaan yang menonjol di antara suku yang disebut di atas yaitu, hal – hal umum seperti: Bahasa dan logat yang berbeda, Busana atau Pakaian, Tata cara dalam mengerjakan kebun, Strategi perang yang di atur pun berbeda dan lain sebagainya.
1.2. Letak geografis
Pada umumnya Suku Dani / Orang Dani bermukim di dataran tinggi ± 2500m diatas permukaan laut yaitu, di pegunungan Provinsi Papua.
Di sebelah Timur berbatasan dengan Papua New Guinea, Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Puncak Jaya, Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Mamberamo Tengah, Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jalimo
1.3. Topografis
Suku Dani yang bermukim di Kabupaten Jayawijaya (Wamena) yang berada tepatnya di bawah kaki gunung TRIKORA, Dengan suhu Tropis. Walupun suhunya dingin tetapi disitula masyarakat suku Dani bertahan hidup.
Dari dulu sejak nenek moyang orang Dani hingga sekarang masyarakat Dani tetap mempertahankan daerah ini. Di Wamena terdapat banyak sekali gunung-gunung yang berdiri dengang Gagah dan memancarkan keindahannya mengelilingi kota Wamena; apalagi Danau Habema yang indah, yang telah dikenal dan menjadi aspek wisata.
1.4. Sosial budaya
Pada zaman dahulu kala orang - orang dari suku Dani hidup dengan menggunakan Hukum Rimba yaitu siapa yang kuat dia menang atau dapat bertahan hidup; hukum rimba yang digunakan pada masa itu adalah berperang antara suku, marga ataupun keluarga. (Lihat gambar)
Untuk dapat bertahan hidup suku/orang Dani melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan makanan, seperti: Berkebun, Beternak dan Berburu.
a) Berkebun: Bagi orang gunung khususnya Suku Dani berkebun merupakan hal terpenting. Sebab dengan berkebun mereka mendapat makanan dan dapat menghidupi keluarganya, Makanan khas dari orang Suku Dani yaitu, ubi jalar (Errom/Hipere) ; berkebun ini sudah menjadi kebiasaan atau sudah mendara daging, dan ini merupakan salah satu aspek utama kedua yang harus di miliki seorang pria yang ingin menikah atau berkeluarga; aspek yang utama pertama yaitu pria ini harus bisa membangun Rumah Adat atau yang sering kita sebut dengan Honai.
b) Beternak: Beternak merupakan salah satu keahlian khusus yang dimiliki orang-orang dari suku Dani sejak dulu hingga saat ini.
c) Berburu: Berburu juga merupakan hal terpenting bagi sebagian besar Orang/ Suku Dani; sebab dengan cara ini pula orang – orang dari Suku Dani mendapat makanan dan juga belajar berperang. Mengapa demikian karena orang yang berburu dengan menggunakan senjata tradisional berusaha untuk mengenahi sasaran dan dapat mengetahui cara dan posisi yang tepat untuk mendapatkan hewan yang diburunya.
BAB ii
Konsep Budaya dari suku Dani
2.1. PENGERTIAN Honai (pilamo)
Orang atau suku Dani sering membangun rumah adat mereka sesuai dengan apa yang ada di daerahnya pada masa lampau. Pada umumnya orang Gunung di Provinsi Papua memiliki rumah adat yang sering disebut dengan Honai.
Honai (pilamo) adalah rumah adat masyarakat pegunungan tengah Papua, rumah yang berbentuk bulat ini biasanya dihuni oleh 5-10 orang. Honai terdiri dari Honai untuk laki-laki (pilamo) dan perempuan (Ebeai/Kumi Inai). Bentuk Honai yang bulat ini, dirancang untuk menghindari cuaca dingin ataupun karena tiupan angin yang kencang. Karena itu Pada bagian tengah Honai dibuat perapian untuk menghangatkan tubuh di malam hari, sekaligus sebagai tempat untuk memasak/membakar ubi jalar, dalam bahasa Dani disebut (Hipere/Errom)
Model atau bentuk dari Honai yang biasanya di bangun orang dari Suku Dani yaitu Bulat/Melingkar dalam honai ini biasanya dibagi dua tingkat atau sama saja dengan loteng (Tidlabaga) sebagai kamar untuk beristirahat; Honai laki-laki (Mbilamo), Honai perempuan (Ebeai) dan kandang babi (Wam dabukla) pohon-pohon yang digunakan untuk membuat honai ini biasanya di tebang dengan menggunakan Kapak batu; ini merupakan bagian dari Sistem Teknologi Tradisional yang dimiliki oleh masyarakat suku Dani.
Bagi orang Dani biasanya membangun Honai yang standar yaitu sekitar 2-3 Honai: 1 Honai laki-laki (Pilamo), 1 Honai perempuan (Ebeai/Kumi inai), dan 1 Dapur (konela). Namun bagi kepala suku biasanya Honai dibangun sesuai dengan banyaknya istri dari kepala suku tersebut; Jika kepala suku memiliki 5 isteri maka 5 pula Honai perempuan (Ebeai/Kumi Inai) yang Harus dibangun, jika 10 isteri maka Honai perempuan (Ebeai/Kumi Inai) yang harus di bangun 10.
2.2. Honai laki-laki (Pilamo)
Honai merupakan tempat atau rumah adat dari orang dani, disinilah tempat orang mengatur strategi perang dan dari sinipula seorang laki –laki didik,dibinah,dan dibentuk menjadi seorang pria yang mampu bersaing dengan orang dari daerah lain.
2.3. Honai Perempuan (Ebeai/Kumi inai)
Merupakan tempat peristarahatan para kaum wanita.
Dari sinilah kaum perempuan didik ,dibinah, diajari bagaimana cara perempuan menerima tamu,harus mempuyai perilaku yang bagaimana dan lain sebagainya. Di honai permpuan (ebeai) pria dilarang masuk; kecuali ada kepentingan yang memang harus dilakukan atau diberitahukan.
2.4. Dapur (Konela)
Di kebudayaan orang Dani Dapur (Konela) dibangun juga. Dan ini merupakan tempat pertemuan dari keluarga dan juga merupakan tempat untuk membakar petatas (Errom/Hipere), makanan ternak (WamErrom) dan juga merupakan tempat santai di waktu siang maupun malam sebelum tidur.
2.5. Sistem kepercayaan suku dani
Dalam kehidupan masyarakat suku Dani di masa lalu, mereka percaya akan adanya dewa-dewa yang disebut dengan nama (Monggar/Kugi). Dalam kehidupan suku Dani di malam hari orang sering dilarang untuk keluar malam, sebab di malam hari itu setan/ dewa-dewa (Monggar/Kugi) ini selalu berkeliaran. Jika ada orang yang meninggal dan ingin tau apa penyebabny; orang Dani dapat mengetahuinya dari Dewa-dewa ini.
Bab iii
Deskripsi Honai
3.10. Bentuk Honai
Bentuk dari rumah adat orang Dani yaitu Bulat/melingkar dan di dalam Honai di bagi menjadi Dua bagian atau tingkat yaitu loteng. Loteng di bagian atas ini sering digunakan untuk beristirahat di waktu malam hari.
Dari bentuk Rumah adat yang di bangun setiap suku atau bangsa pasti memiliki arti, maksut bahkan tujuan tertentu; Orang dari suku Dani juga membangun honai dengan arti yang tersendiri yaitu,
Melingkar/bulat artinya:
Dengan Kesatuan dan persatuan yang paling tinggi kita mempertahankan Budaya yang telah di pertahankan oleh nenek moyang kita dari dulu hingga saat ini. Dengan mewariskan kepada keturunan di waktu yang akan datang agar tetap mempertahankan suku, harkat dan martabat Kita sebagai orang Dani.
Dengan tinggal dalam satu honai maka kita sehati, sepikir dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Honai merupakan simbol dari kepribadian dan merupakan martabat orang Dani yang harus di jaga oleh keturunan orang Dani di masa yang akan datang.
3.11. Fungsi dari Honai
Honai memiliki fungsi yang sangat banyak diantaranya yaitu:
Honai merupakan tempat tinggal
Tempat menyimpan alat-alat perang
Tempat untuk mendidik dan menasehati anak-anak lelaki agar bisa menjadi orang yang berguna di masa depan
Tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi perang agar dapat berhasil dalam pertempuran/peperangan.
Tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang Dani yang ditekuni dari dulu.
3.12. Aktifitas dalam Rumah/ Honai
Pembagian kerja setiap hari wanita memiliki tugas yang berbeda dengan seorang pria; dan itu sudah ada dalam pemikiran manusia khususnya orang Dani. Seorang Pria sudah mengetahui kemana dia harus pergi di pagi hari, apakah pergi untuk bekerja membuka lahan baru untuk kebun atau pergi mencari kayu bakar. Sama pula seorang wanita sudah tau harus kemana dia di pagi hari, apakah dia harus ke kebun untuk memanen atau menanam petatas atau harus membakar petatas sebelum keluar dari rumah.
Biasanya bagi seorang pria yang ingin keluar untuk membuka lahan dia harus sarapan petatas bakar terlebi dahulu dan ia keluar membawa kampak dan parang untuk membuka lahan.
3.13. Pembagian Ruang atau Kamar
Khusunya Honai atau rumah adat orang Dani tidak ada pembagian kamar. Namun dalam sebuah Honai lebi jelasnya di sebut dengan pembagian ruang, misalnya dalam sebuah Honai tempat dari kepala suku tidak bisa di duduki oleh orang lain; karena itu merupakan pelanggaran; yang berarti dalam hukum adat dia sudah menginjak-injak kepala suku.
Di honai lebih jelas jika kita sebut dengan pembagian ruangan untuk tidur yaitu loteng (Tidlabaga). Di loteng orang Dani, tidak hanya digunakan untuk tidur tapi itu merupakan tempat untuk menyembunyikan benda-bendah yang berharga.
3.14. Pemilihan Tempat dan lingkungan
Dalam membangun sebuah rumah pasti orang memiliki maksud dan tujuan bahkan tempat yang di tentukan pun merupakan tempat yang strategis, misalnya untuk mendapatkan Air menum maupun makanan. Sama pula dengan orang Dani dalam membangun sebuah Honai kita harus memilih tempat yang strategis dan kita juga harus melihat kondisi tanah dimana tempat yang ingin kita bangun; biasanya orang Dani memilih di tempat yang struktur tanahnya kuat/keras agar tidak mudah terjadi longsor yang akan mengakibatkan kerusakan pada Honai bahkan di halaman Honai yang akan dibangun tersebut.
Semua pengetahuan tentang hal-hal di lingkungan ini sudah tertanam dalam pemikiran manusia Dani sehingga mereka dapat membedakan dimana tempat yang baik maupun tidak cocok untuk membangun rumah; dengan begini kita dapat simpulkan bahwa orang Dani memiliki pemikiran ataupun ide-ide yang luas secara alamiah dan yang tidak di dapat dari Belajar di Sekolah.
3.15. Pembagian Aktifitas dalam Honai
Biasanya dalam pembuatan Honai laki-laki (Pilamo) Maupun Honai Perempuan (Ebeai) tugas ini hanya dikerjakan oleh laki-laki dan yang memimpin adalah kepala keluarga sedangkan ibu-ibu memiliki tugas juga yaitu menyediakan makana.
Contohnya: sebagai ibu rumah tangga dia harus bekerja keras dalam usaha dalam pembersian kebun, menyediakan makanan, dan juga mengurus anak kecil; seorang ibu/ wanita juga harus menguasai semua aktifitas dalam dapur karena jika tidak maka tidak ada laki-laki yang mau menikahinya. Sedangkan Tugas dari pada seorang laki-laki adalah “Membuka lahan untuk membuat kebun (Yabumu), mambangun rumah (Home), pagar (Leger), menyiapkan kayu bakar (Indu Kali) dan lain-lain”.
Tugas dari pada seorang anak laki-laki yaitu mencari kayu bakar dan membantu orang tua khususnya ayah. Tugas dari seorang anak Perempuan adalah membantu ibu atau para wanita dalam aktifitasnya karena dengan cara inilah dia belajar untuk bekerja dalam bidangnya.
3.16. Perlengkapan dalam Honai(pilamo)
Beberapa perlengkapan yang ada di dalam honai yaitu:
Tugu Api: Pada bagian tengah Honai dibuat perapian atau tugu untuk menghangatkan tubuh di malam hari, sekaligus sebagai tempat untuk memasak/membakar ubi jalar, dalam bahasa Dani disebut (Hipere/Errom).
Las Honai (Pinde/Mbore): Sebagai pengalas yang dibuat menyerupai para-para sehingga tidak menyentuh tanah.
Alang-alang(wakngger): sebagai alas yang ditaruh untuk menutupi las Honai dan ini juga berfungsi untuk menahan uap tahah sehingga tidak menembus ke atas; alang-alang ini juga ditaruh di loteng untuk menghangatkan suasana dan menyaring asap jikalau saja nantinya ada orang yang membakar api dibawa.
Perlengkapan lain
Selain perlengkapan yang telah disebutkan diatas ada pula perlengkapan yang ditaru:
Tempat gantungan Harmonika (Bognggayok/pingkon)
Tempat menaruh daging
Alang-alang untuk alas tempat tidur
Tempat gantung panah, busur dan alat kerja lainnya
Tempat gantung hiasan body seperti bulu ayam dan kasuari yang dianyam menyerupai topi (wereene)
3.17. Perlengkapan atau Bahan Pembuatan Honai (Home)
Kebiasaan dari suku/orang Dani dalam membangun Honai yaitu mereka mencari kayu yang memang kuat dan dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama atau bertahun-tahun. Kayu yang sangat kuat-kuat inipun diambil dari tempat yang sangat jauh; jaraknya pun bermil-mil namun karena kualitasnya yang baik sehingga Masyarakat Dani tetap mengambil atau menebangnya.
Bahan pembuat Honai yang biasanya digunakan antar lain sebagai berikut:
Kayu besi (oopir)
Kayu buah besar
Kayu batu yang paling besar
Kayu buah sedang
Jagat (Mbore/Pinde)
Tali (Kedle)
Alang-alang (wakngger)
Papan yang di kupas (Oo nggege nggagalek)
Papan las dan lain-lain
Orang Dani menganggap seorang yang membangun rumah atau Honai berhasil, jikalau orang tersebut dalam membangun Honainya dia menanam Tiang Tengah (Tiru) dari kayu Besi atau kayu yang sangat kuat. Sebab menurut orang-orang dari suku Dani Tiang Tengah (Tiru) itulah Penyangga yang akan menahan Honai tersebut.
3.18. Busana atau Pakaian Adat
Pakaian adat orang Dani yang dikenal secara umum sejak dulu hingga kini adalah koteka (Kebe/Kebogwa) dan Salli. Jika kita berbicara mengenai Pakaian Adat orang pegunungan khususnya Suku Dani pasti kita tau dan pernah melihatnya dan yang pasti ini menjadi bahan pembicaraan yang menarik.
Misalnya saja yang dibicarakan adalah Koteka; "Koteka" adalah salah satu aksesoris yang dipergunakan oleh laki-laki suku Dani untuk menutup kelamin, namun dalam perang aksesoris lainnya juga dipadukan dengan Koteka, seperti penutup kepala, baju zirah, tombak, panah dll.
Pada waktu tertentu saja orang Dani memakai busana atau pakaian tersebut diatas walaupun itu juga merupakan pakaian tradisional dari suku Dani. Pakaian yang biasa di pakai setiap hari yaitu: koteka, Sali dan yokal saja. Tetapi yang telah dicantumkan diatas seperti: Koteka, penutup kepala, baju zirah, tombak, panah dll; Ini digunakan khusus pada acara-acara tertentu saja, misalnya acara:
Acara Nikah dan pembayaran Mas kawin,
Upacara Adat ,
Perang suku, marga atau saudara,
Penyelesaian masalah/sengketa dan
Acara-acara besar lainnya.
Teman dari mama-mama di pegunungan tengah Papua saat keluar dari rumah adalah Tas atau yang kita kenal dengan sebutan Noken (Suh). Noken terbuat dari kulit (Anggudli), (Bimbar) dan (Jolar) yang dibuat menjadi benang dan kemudian dianyam menjadi sebuah tas keranjang multi fungsi. Di pegunungan Papua, noken atau tas ini digunakan untuk memasukkan Ubi Jalar (Errom/Hipere), sayur-sayuran (Engga), kayu bakar(Kali) dan bahkan Bayi pun (Elege nggerndago) biasa dimasukan ke dalam Noken; itulah salah satu keunikan dari suku Dani di pedalaman Provinsi Papua. Noken biasanya dibawah atau diletakkan diatas kepala.
Bab iv
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Setelah penulis mengumpulkan data-data dan menulis karya tulis ini, Kurang lebih selama 2 minggu. Penulis menyimpulkan bahwa dengan cara merenung kembali dan menyusun karya tulis seperti ini, kita dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai Budaya dari suku Dani; yang mana kita tidak mendapatkan pendidikan tersebut di Sekolah, Universitas maupun sarana pendidikan lainnya. Sehingga dengan begitu kita dapat mengetahui bahan-bahan, maupun Model dari Honai yang biasanya dibangun oleh orang dari suku Dani.
Kita juga dapat mengetahui bagaimana proses Interaksi atau komunikasi di antara masyarakat suku Dani yang hidup dalam satu Honai (Pilamo) maupun di Honai yang berbeda. Dan kita juga dapat mengetahui mengapa seorang kepala suku memiliki rumah atau Honai lebih dari standar pembangunan Honai.
4.2. saran
Adapun penulis mengharapkan saran dan kritikan yang baik demi penyempurnaan dalam penulisan karya tulis ini.
a) Saran Untuk Masyarakat Suku Dani.
Penulis sangat berharap, masyarakat dari pegunungan di provinsi Papua khususnya suku Dani agar tidak melupakan Adat istiadat kita sebagai orang Koteka. Dan tetap mempertahankan itu sebagai bagian dari Jati diri kita orang Dani.
Penulis juga berharap kesediaan dari orang-orang tua untuk dapat mendidik anak-anaknya; agar lewat cara itu budaya kita sebagai orang Koteka tetap dipertahankan hingga generasi-generasi akan datang, mengingat perkembangan Globalisasi yang sangat pesat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
I am proud to read the paper. Nice thought!
BalasHapusMakasih buat sharingnya ya Pace.. sa tautkan dan tulis ulang di sa pu website..
BalasHapus